Setelah sempat vakum beberapa bulan karena sibuk mengupdate blog saya yang lain, kali ini saya akan pamer foto ketika saya dan 12 teman melakukan pendakian ke Semeru. Alhamdulillah pada tahun ini kami dapat meyaksikan letusan dari kawah gunung tertinggi di pulau Jawa ini.
Foto-2 berikut adalah ketika kita membeli perbekalan di kota Tumpang, di depan pasar Tumpang.
Foto di samping diambil ketika kami berada di pos pertama desa Ranupane. Lho koq cuma 12 orang? yang satu lagi ambil gambar.
Setelah siap kami memutuskan memulai perjalanan dengan tujuan danau Ranu Kumbolo. Sayangnya dalam perjalanan kami tidak bisa mengambil gambar, jadi langsung saja ke foto-2 di Ranu Kumbolo ketika kami baru bangun tidur.
Berikut adalah foto-2 ketika Sang Fajar sudah mulai “merangkak” naik.
Bisa kita lihat betapa banyaknya pendaki yang memilih hari kemerdekaan ini untuk melakukan pendakian.
Di atas adalah 2 foto yang diambil ketika matahari terbit di antara 2 bukit yang indah.
Kedinginan ya???koq ga’ mau keluar.
Suhu di area danau ini sekitar 5 derajat celcius. Bahkan jika musim kemarau, suhu bisa mencapai 0 derajat celcius dan menyebabkan bunga-2 salju/es yang lembut menempel di tenda.
Mas Sugik sepertinya juga kedinginan
Yang lagi pake sepatu itu saya, sedangkan yang peke jaket biru ayahku.
Mas heru dan mas Santo lagi masak apa ya?
Mas Ipul lagi sikat gigi. Emang bisa ilang bau mulutnya he…
Sebelum melanjutkan perjalanan kami sempat berfoto bersama seorang kakek(foto kiri, 3 dari kanan, berdiri).
Di bawah ini adalah foto-2 ketika kami mendaki bukit cinta. Mitosnya jangan lihat ke belakang dan berdoalah untuk seseorang yang ditaksir.
Berikut foto-2 ketika puncak Semeru mengeluarkan asap yang diambil dari Oro-2 Ombo.
Yang berikut adalah foto-2 ketika diambil di Sumber Mani untuk mengambil air.
Sambil menunggu saya mengambil air, Mas Santo dan Mas Sugik tidur-2 an.
Yang ambil air gantian, sedangkan saya sholat dulu.
Berikut adalah foto-2 yang diambil ketika berada di Kalimati, 1 km arah kiri Sumber Mani.
Kami melanjutkan perjalanan ke batas vegetasi terakhir, Arcapada. Kami sampai di sana sekitar jam 5 sore, sehingga saya tidak sempat untuk mengambil foto dikarenakan juga hawa dingin yang mulai menusuk tulang. Namun, ketika kami kembali dari puncak, kami sempatkan foto di sana dulu.
Foto apa ini?
Dini hari sekitar pukul setengah satu kami memulai pendakian ke puncak Mahameru dari basecamp terakhir, Arcapada. Foto di samping adalah foto gerhana bulan. Memang pada tanggal 17 Agusutus sudah ada berita tentang fenomena alam ini.
Alhamdulillah, akhirnya kami sampai di puncak Mahameru sekitar pukul setengah empat pagi. Walaupun perjalanan kami “diantar” badai, kami semua dapat meraih puncak tertinggi di Jawa dengan selamat.
Sedikit cerita, pada hari itu suhu di puncak mencapai minus 5 derajat celcius. Jadi, walaupun tidak mengenal pendaki lain, kami saling dempet mencari kehangatan. Ada seorang pendaki yang berteriak, “Ayo yang jauh mendekat, yang dekat merapat”. Menurut mas Ipul yang sudah berulang kali ke puncak Mahameru, hari itu adalah paling buruk cuacanya. Menurutku itu adalah pengaruh gerhana bulan yang membawa angin ke daratan, sehingga juga menimbulkan air laut pasang. Rasional Kan?
Fajar akhirnya muncul setelah beberapa jam kami diselimuti hawa yang paling dingin yang pernah kami rasakan(menurutku juga). Walaupun begitu, suhu mungkin hanya naik sekitar 1-5 derajat celcius. Ha???
Berikut foto-2 ketika Semeru mengeluarkan letusannya.
Negeri di atas awan. Berlantaikan awan putih. Tampak di ujung sana mentari belum menunjukkan tubuhnya secara utuh.
Beberapa menit kemudian, muncul lagi letusan.
Sedikit demi sedikit, mentari mulai menampakkan tubuhnya secara utuh.
Keluar lagi letusan dari kawah Jonggrang Saloko.
Lho koq ada bendera PLN?
Sebagai karyawan, sah-2 saja kan Ayah bawa bendera.
Setelah dianggap cukup, kami memutuskan untuk kembali ke basecamp Arcapada.
Setelah sampai di Arcapada, kami beristirahat sebentar sambil menikmati makanan. Berikut foto-2 di Arcapada hingga kami bersiap untuk berangkat turun.
Berikut perjalanan ketika melewati Kalimati. Jalur untuk pendakian dan jalur pulang adalah sama.
Berikut adalah foto-2 ketika kami melewati jambatan pohon. Sebenarnya kita bisa melewati jalan di bawahnya. Namun, para bonek ini punya cara lain
Yang satu ini adalah foto terbaik yang kami dapatkan. Beberapa teman mengatakan, bahwa setiap orang yang pernah melihat foto berikut pasti iri dan menilai paling bagus.
Berikut adalah foto ketika kami melewati oro-2 ombo.
Dari oro-2 ombo kembali ke bukit cinta dan turun ke danau Ranu Kumbolo.
Ternyata yang sampai ke danau Ranu Kumbolo tidak hanya pendaki saja, tetapi juga para pecinta sepeda gunung juga berpapasan dengan kami.
Dari Ranu Kumbolo sekitar pukul 3 sore, kami berkonsentrasi untuk secepatnya sampai di Ranu Pane kemudian langsung kembali ke rumah masing-2. Sebenarnya, menurut kebiasaan para pendaki seharusnya kami menginap semalam lagi di Ranu kumbolo atau di pos pendakian Ranu Pane. Namu, ternyata tenaga cadangan kami masih mumpuni untuk menuju kamar tidur dengan kasur empuk dilengkapi bantal guling yang selama 2 malam tidak kami rasakan.
Demikian foto-2 kali ini, semoga di lain waktu saya masih diberi ijin oleh Tuhan untuk pamer lagi dan mendaki gunung lagi.
Silahkan lanjut baca, jangan lupa komentarnya...